Debat disini bukan artian debat intelektual, melainkan debat hal-hal yang kurang penting. Contoh, Mama selalu mengomentari penampilanku. Mama ingin agar aku berkulit putih atau kuning langsat. Haah?! Hahaha. Ga penting banget kan. Terus karena aku juga orangnya agak egois, aku balas saja, menurutku warna kulit itu tidak penting, yang penting bersih. Dan mama pun mendebat lagi, terus sampai tidak ada habisnya.
Naah, Mama juga setelah aku beranjak dewasa, khususnya
setelah menginjak usia 20 tahun, suka mengaitkan apa-apa dengan pria yang
mapan. Misal, aku bilang nih sedang ikut kejuaraan, pasti mama langsung bilang,
ada dosen bujangan yang ikut juga ga? Ini kan ga nyambung banget. Kejuaraan itu
kan diikuti pelajar dan mahasiswa, yang biasanya seusia atau di bawah usiaku.
Ada juga sih pelatihnya, tapi hampir tidak ada yang berprofesi sebagai dosen. Terus
pertanyaanku, kenapa harus dosen? Akhirnya aku bilang kalau aku bertugas di
meja penimbangan atlet yang akan bertanding. Naah di sebelah meja penimbangan
itu, ada meja P3K. Mama langsung bilang, ada dokter yang ganteng ga? Bujangan
ga? Ckckck…. Yaa begitulah. Mama akhir-akhir ini sering mengaitkan segalanya
dengan pria yang mapan. Karena aku saat ini tinggal di lingkungan kampus, maka
orang mapan yang dimaksud adalah semacam dosen. Syukur kalau dokter, begitu
kata Mama.
Ada lagi contoh kasus lain. Beberapa waktu lalu aku
bercerita kepada Mama tentang seseorang yang aku temui di sebuah instansi
pemerintahan. Memang akhir-akhir ini aku beberapa kali harus pergi ke instansi
tersebut untuk mengurus sesuatu. Aku bercerita kepada Mama tentang dia. Aku senang saja karena aku sering bertanya pada orang tersebut tentang urusan pentingku tersebut dan diapun orangnya welcome.Yang
aku tahu, dia sedang magang di instansi tersebut, dia baru lulus dari sebuah
sekolah kedinasan, dan seusia denganku. Nah anehnya, Mama tidak terlalu
antusias, ini membuatku heran. Menurut Mama pada saat itu, magang disitu
maksudnya dia belum lulus kuliah, masih terikat dengan kampusnya, masih terlalu
muda, belum mapan, dan belum tentu PNS, jadi tidak usah dekat dengan orang yang
belum jelas begitu kata Mama. Padahal setahuku pelajar sekolah kedinasan
tersebut meskipun belum lulus kuliah sudah dijamin memiliki pekerjaan yang
menjanjikan serta sudah dapat uang saku, dan pikirku itu tipe cowok mapan Mama
banget kayanya. Suatu saat aku diantar pulang oleh orang tersebut dengan mobil
pribadinya. Barulah setelah aku bercerita pada Mama bahwa orang tersebut
memiliki mobil pribadi dan sedang tinggal di apartemen, Mama baru antusias
menyuruhku menjaga hubungan dengan orang tersebut, ckckck….
Mama sering mengomeliku untuk menjaga penampilan, pakai make
up, wangi, baju yang indah, dan sebagainya. Aneh-aneh saja menurutku. Buatku,
hal-hal semacam itu tidak penting untuk dipikirkan. Yang penting saat ini
adalah belajar dan belajar. Adapun hal penampilan itu mengikuti saja. Yang
penting bersih, sopan, rapi. Dan hal pria yang mapan juga mengikuti juga. Aku
tidak mau dandan menor dengan tujuan menarik perhatian para pria mapan. Iiih
norak banget kan? Cewek apaan kayak gitu? Aku mau belajar karena Allah. Nanti
juga jodoh dipertemukan oleh Allah. Nanti
juga (insya Allah) aku dipertemukan dengan orang yang nyambung, yang membuatku
nyaman. Ga harus mapan, ga harus dosen, ga harus PNS, yang penting cerdas.
Cerdas disini luas yaa. Tidak harus orang yang IPK-nya tinggi. Nah, ini juga
menjadi perdebatan antara aku dan mama. Mama bilang harus yang mapan, aku balas
tidak harus mapan yang penting cerdas, mama balas cerdas cari uang, kubalas
lagi cari uang salah satu aspeknya saja. Yang paling penting adalah cerdas
memaknai kehidupan, betul tidak? :)
Mama, Aku, dan Nazar. Beda kaan? Hahaha.
Judi Sakong Terpercaya
BalasHapusAgen Bola Terpercaya
Agen Casino Terpercaya
Ayuk Bertaruh Bersama Kami di VW88(.)ASIA
Dapatkan bonus New member 88%
BONUS SETIAP HARI 5%
BONUS NEW MEMBER POKER 20%
Info Lebih Lanjut Bisa Hub kami Di :
WA : +6282277209753
Facebook : VW88
Instagram : vw88_official