Sabtu, 09 Mei 2015

Semoga Menjadi Pelajaran untuk Tetap Fokus



Perpustakaan merupakan salah satu tempat di UPI yang cukup sering saya datangi, khususnya setelah saya menempuh pendidikan di Sekolah Pascasarjana. Tugas-tugas di jenjang S2 ini memang membutuhkan kemampuan analisis yang baik dan tentu saja butuh referensi-referensi yang memadai. Masa-masa UTS telah terlalui beberapa pekan yang lalu, sebuah masa yang agak ‘kelam’ bagi kalangan mahasiswa karena mereka mendapatkan ujian take home menumpuk di masa-masa tersebut. Saya pun dituntut beberapa kali mendatangi Perpustakaan untuk mencari dan meminjam referensi-referensi yang dibutuhkan dalam pengerjaan ujian take home dengan prosedur peminjaman yang benar. Setelah UTS berlalu, Perpustakaan tidak lagi terlalu sering saya datangi. Saya hanya beberapa kali mampir ke Perpustakaan apabila lewat, melihat buku-buku mengenaipenelitian yang dapat mendukung persiapan penulisan tesis saya nanti, tapi saya tidak meminjam bukunya karena saya anggap hal tersebut belum begitu urgen, saya hanya membaca-bacanya sekilas lalu menaruhnya kembali. Dengan demikian, akhir-akhir ini saya hanya masuk ke dalam Perpustakaan – melihat-lihat buku – keluar Perpustakaan tanpa meminjam buku.
Hari itu, Senin tanggal 4 April 2015 saya ingat ada tugas untuk mencari buku mengenai Pedagogik yang berbahasa asing. Saya pun mendatangi Perpustakaan sekitar pukul 12.30 dan segera menuju ke rak ilmu pendidikan. Disana saya menemukan sekitar dua buku berbahasa Inggris yang menarik perhatian saya. Dari sana, saya menuju ke rak penelitian dan mengambil sebuah buku yang berhubungan dengan penelitian kualitatif. Mengingat saya pada saat itu belum makan dan ingin segera pulang, saya tidak membuang waktu lama di Perpustakaan. Saya pun, dengan menenteng tiga buku tersebut, berjalan cepat menuju ke luar Perpustakaan dengan rute yang sama dengan kebiasaan yang sering saya lakukan akhir-akhir ini.Kebiasaan yang sering dilakukan memang menyebabkan refleks hingga ketika ada perubahan sedikit, kita sulit menyadarinya. Hingga ketika saya melewati gerbang sensor keluar Perpustakaan, muncul lah sebuah bunyi yang menandakan “there is something wrong”. Gerbang sensor tersebut berfungsi untuk mendeteksi kesalahan-kesalahan seperti yang ada di supermarket-supermarket untuk mendekteksi apabila terdapat kesalahan transaksi (misal: barang keluar tanpa prosespembayaran di kasir). Nah loh, saya pun kaget, berpuluh-puluh kali saya ke Perpustakaan sepertinya baru kali ini saya mengalami hal tersebut. Hingga saya pun masih bertanya dalam hati, “Saya salah apa hingga bisa berbunyi seperti ini alat pendeteksinya?” Bapak-bapak yang berdiri di dekat alat sensor pun bertanya, “Sudah dipinjam belum?” Saya yang masih tidak percaya membutuhkan waktu cukup lama untuk mencerna pertanyaan bapak-bapak tadi. Hingga saya menepuk jidat saya, “Astaghfirullah!” Saya melihat ke arah tempat peminjaman yang tidak jauh dari sana dimana terdapat beberapa mahasiswa sedang melakukan transaksi peminjaman. Akhirnya saya tersadar bahwa saya lupa tidak melakukan transaksi peminjaman buku yang benar disebabkan gerak refleks saya tadi. Saya pun perlu melapor kepada ibu-ibu di jajaran karyawan Perpustakaan. Jujur, pada saat itu keadaan saya adalah malu berat sambil sesekali celingak-celinguk ke segala arah, khawatir terdapat teman atau kenalan saya yang mengetahui insiden tersebut. Ibu karyawan Perpustakaan pun menahan KTM saya. Saya mencoba meminta maaf dan menjelaskan kesalahan saya. Namun tetap saja saya harus mengikuti prosedur yang berlaku, yaitu menemui Bapak Kepala Perpustakaan.
Dari pengalaman saya tersebut, saya belajar kembali tentang kekurangan dan kesalahan saya selama ini. Salah satunya adalah kurang fokus, kurang teliti, kurang hati-hati. Sebenarnya masalah gerak refleks karena kebiasaan mungkin hal sepele, namun dapat berbuntut panjang juga pada akhirnya, yaitu ditahannya KTM saya. Manusia memang selalu memiliki sifat lupa, oleh karena itu kita harus selalu berhati-hati dengan menjaga konsentrasi kita.

3 komentar: