Jumat, 10 April 2015

Pendidikan Nilai/Moral dan Model Pembelajaran Role Playing



a.      Pendidikan Nilai/Moral
Moral merupakan salah satu aspek penting dalam diri manusia. Moral merupakan kemampuan manusia dalam membedakan hal yang baik dengan yang buruk. Moral diperlukan manusia untuk membuatnya memiliki sifat-sifat positif. Pendidikan nilai/moral perlu diterapkan sejak dini, khususnya pada masa sekolah dasar agar menjadi dasar yang mereka pegang teguh dan melekat hingga mereka dewasa. Kebobrokan moral yang terjadi saat ini merupakan salah satu akibat dari kurangnya pendidikan nilai/moral yang didapat pada masa usia sekolah dasar. Sebagai contoh, beberapa waktu lalu kita dikejutkan dengan berita mengenai pembunuhan berencana seorang remaja putri bernama Ade Sara oleh dua orang temannya yang juga masih berusia remaja. Terdapat pula berita mengenai pembunuhan dan penyiksaan terhadap pembantu rumah tangga yang dilakukan oleh sebuah keluarga. Kejahatan yang melanggar HAM tersebut dapat menjadi salah satu ciri rusaknya moral bangsa yang terjadi pada saat ini. Sedangkan Kesuma dkk. (2012: 2), mengemukakan beberapa indikasi tentang “apa yang salah dengan bangsa ini?” antara lain: (1) Kondisi moral/akhlak generasi muda yang rusak/hancur, (2) Pengangguran terdidik yang mengkhawatirkan, (3) Rusaknya moral bangsa dan menjadi akut (korupsi, asusila, kejahatan, tindakan kriminal pada semua sector pembangunan, dll.), (4) Bencana yang sering/terus berulang dialami oleh bangsa Indonesia (dapat diduga sebagai azab atau bodohnya bangsa ini dalam memecahkan masalah lingkungan, seperti banjir, longsor, kebakaran), (5) Kemiskinan yang mencapai 40 juta dan terus bertambah, (6) Daya kompetitif yang rendah, dan (7) Inefisiensi biaya pendidikan. Berdasarkan beberapa masalah tersebut, dapat dipahami bahwa pendidikan nilai/moral sangat penting diterapkan sebagai solusi dari permasalahan moral bangsa yang terjadi akhir-akhir ini. Pendidikan nilai/moral perlu diterapkan khususnya di sekolah dasar karena pada masa ini, anak diajari mengenai keterampilan-keterampilan dasar untuk diterapkan dalam kehidupan nyata. Usia sekolah dasar merupakan masa fundamental bagi anak sehingga apa yang dia peroleh dapat melekat dalam dirinya, begitupun pula dengan  pendidikan nilai/moral.
b.      Model Role Playing dan Pendidikan Nilai
Model role playing merupakan salah satu model pembelajaran dimana siswa memerankan bermacam-macam peranan untuk dapat melatih berbagai keterampilan. Beberapa keterampilan tersebut antara lain: melatih kepercayaan diri, melatih mengekspresikan diri, merasakan apa yang dirasakan orang lain (empati), dan lain sebagainya. Model role playing dapat menjadi salah satu cara untuk menerapkan pendidikan nilai/moral karena dengan model ini, siswa dapat belajar berempati dengan memerankan karakter tertentu.  Joyce et al. (2009: 328) mengatakan:
Model ini membantu masing-masing siswa untuk menemukan makna pribadi dalam dunia sosial mereka dan membantu memecahkan dilemma pribadi dengan bantuan kelompok sosial. Dalam dimensi sosial, model ini memudahkan individu untuk bekerjasama dalam menganalisis keadaan sosial, khususnya masalah antarmanusia. Model ini juga menyokong beberapa cara dalam proses pengembangan sikap sopan dan demokratis dalam menghadapi masalah.

Dalam memerankan bermacam-macam peranan, berbagai emosi siswa turut terlibat, seperti sedih, bahagia, marah, kesal, dan lain-lain sehingga model ini pun dapat melatih perasaan dan kepekaan siswa. Sebagaimana yang dikemukakan Joyce et al. (2009: 329), proses role playing berperan untuk (1) mengeksplorasi perasaan siswa, (2) mentransfer dan mewujudkan pandangan mengenai perilaku, nilai, dan persepsi siswa, (3) mengembangkan skill pemecahan masalah dan tingkah laku, (4) mengeksplorasi materi pelajaran dalam cara yang berbeda.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model role playing berkaitan erat dengan pendidikan nilai karena dapat mengajarkan rasa empati dan melatih kepekaan siswa terhadap lingkungan sosial.
c.       Langkah-langkah Model Role Playing
Shaftels (Joyce et al., 2009: 332) berpendapat bahwa role playing terdiri dari sembilan langkah:
1)      Memanaskan suasana kelompok
2)      Memilih partisipan
3)      Mengatur setting tempat kejadian
4)      Menyiapkan peneliti
5)      Pemeranan
6)      Diskusi dan evaluasi
7)      Memerankan kembali
8)      Berdiskusi dan mengevaluasi
9)      Saling berbagi dan mengembangkan pengalaman
d.      Kelebihan dan Kelemahan Model Role Playing
Kelebihan
1)      Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Di samping merupakan pengalaman yang menyenangkan yang sulit untuk dilupakan.
2)      Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias.
3)      Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan.
4)      Siswa dapat terjun langsung untuk memerankan sesuatu yang akan di bahas dalam proses belajar.

Kekurangan
1)      Bermain peran memakan waktu yang banyak.
2)      Siswa sering mengalami kesulitan untuk memerankan peran secara baik khususnya jika mereka tidak diarahkan atau tidak ditugasi dengan baik. Siswa perlu mengenal dengan baik apa yang akan diperankannya.
3)      Bermain peran tidak akan berjalan dengan baik jika suasana kelas tidak mendukung.
4)      Jika siswa tidak dipersiapkan dengan baik ada kemungkinan tidak akan melakukan secara sungguh-sungguh.
5)      Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini.

Daftar Pustaka:
Joyce, et al. (2009). Model-model Pengajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kesuma, D. dkk. (2012). Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar