Sabtu, 27 April 2013

Pengertian Matematika


Matematika merupakan salah satu nama mata pelajaran yang diajarkan dari mulai jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika merupakan mata pelajaran yang familiar di telinga kita, bahkan seringkali dianggap sebagai mata pelajaran yang paling "killer". Dari kecil kita sudah diperkenalkan dengan matematika oleh keluarga kita melalui berhitung, hingga kini pun kita masih bercengkrama dengan banyak hal yang berhubungan dengan matematika, statistika contohnya. Manusia memang tidak akan pernah terlepas dari matematika dalam hidunya.
Secara etimologis, menurut Andi Hakim Nasution (Abdul Halim Fathani, 2009: 21), matematika berasal dari kata Yunani, mathein atau mathenein yang berarti mempelajari. Kata ini memiliki hubungan yang erat dengan kata Sanskerta, medha atau widya yang memiliki arti kepandaian, ketahuan, atau inteligensia. Dalam bahasa Belanda, matematika disebut dengan kata wiskunde yang berarti ilmu tentang belajar (hal ini sesuai dengan arti kata mathein pada matematika).
Sudjono (Abdul Halim Fathani, 2009: 19) mengemukakan bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik juga selalu berhubungan dengan penalaran yang logik serta masalah yang berhubungan dengan bilangan.
Abdul Halim Fathani (2009: 22) menyebutkan pengertian matematika sebagai berikut:
Matematika secara umum ditegaskan sebagai penelitian pola dari struktur, perubahan, dan ruang; tak lebih resmi, orang mungkin mengatakan bahwa matematika adalah penelitian bilangan dan angka. Dalam pandangan formalis, matematika adalah pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur abstrak menggunakan logika simbolik dan notasi matematika; pandangan lain tergambar dalam filosofi matematika.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), matematika didefinisikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.
Menurut Kline (Augustinus Subekti, 2011: 2), matematika bukanlah sebuah pengetahuan yang tersendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri. Adanya matematika semata-mata untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai persoalan sosial, ekonomi, dan alam. Dalam mencari kebenaran, matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan lainnya. Cara atau metode lainnya dalam matematika untuk mencari kebenaran adalah metode deduktif. Dalam matematika, sebuah teori atau dalil belum dapat diterima kebenarannya sebelum bisa dibuktikan secara deduktif.
Menurut James (Augustinus Subekti, 2011: 6), matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep yang saling berhubungan satu dengan lainnya. James juga menyatakan bahwa matematika terbagi menjadi tiga bidang, meliputi aljabar, analisis, dan geometri. Namun demikian ada pendapat lain yang menyatakan bahwa adanya matematika disebabkan oleh pikiran manusia yang berkenaan dengan ide atau nalar yang terbagi atas empat bidang yaitu aljabar, aritmetika, analisis, dan geometri.
Berdasarkan pendapat para ilmuwan tersebut, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan eksak yang terorganisasi secara sistematis dan mencakup penalaran/logika, bilangan, aljabar, geometri, yang mana menggunakan metode deduktif dalam pembuktian kebenarannya serta dapat membantu manusia untuk mempelajari ilmu lain.
Matematika memiliki banyak manfaat dalam kehidupan manusia. Selain dapat membantu pekerjaan manusia melalui kontribusinya atas perkembangan teknologi, matematika juga dapat mengembangan karakter manusia yang mempelajarinya. Seperti yang dikutip dari Abdusysyakir (Abdul Halim Fathani, 2009: 99), terdapat beberapa sikap terpuji yang menjadi manfaat ketika kita mempelajari matematika. Sikap-sikap tersebut antara lain: 1) sikap teliti, cermat, dan hemat, 2) sikap jujur, tegas, dan bertanggung jawab, 3) sikap pantang menyerah dan percaya diri.

Daftar Pustaka:
Abdul Halim Fathani. (2009). Matematika Hakikat & Logika. Yogyakarta: Ar-ruzz Media Group.
Augustinus Subekti. (2011). Ensiklopedia Matematika Jilid I. Jakarta: PT Ikrar Mandiriabadi. 

Jumat, 19 April 2013

RINGKASAN LPJ BENDAHARA UKM PERISAI DIRI UPI PERIODE 2011-2012


A.              Deskripsi Objektif
Bendahara dalam sebuah organisasi berfungsi untuk mengelola segala sesuatu yang berhubungan dengan dana atau keuangan. Sebagaimana dana (money), merupakan salah satu komponen yang penting dalam 3M (man, money, material), maka keberadaan seorang bendahara pun sangat vital dalam organisasi. Bendahara PD UPI terdiri dari dua orang, yaitu:
Bendahara I     : Fajar Winata Ch’in (Kurtekpend 2009)
Bendahara II   : Hana Riana Permatasari (PGSD 2009)
Adapun pembagian tugas yang dilakukan antara lain, Bendahara I bertanggung jawab atas pengelolaan dana eksternal, sementara Bendahara II bertanggung jawab atas pengelolaan dana internal.
B.              Program Kerja
-          Menghimpun Pemasukan Dana
Dana Eksternal (sponsor, BEM REMA, Rektorat), PJ: Fajar
Dana Internal (kas anggota, sumbangan anggota), PJ: Hana
-          Mengelola administrasi keuangan (PJ: Hana)
Membuat catatan saldo maupun transaksi keuangan
C.              Hambatan dan Evaluasi
Dalam perencanaan, Bendahara membagi tugas terhadap Bendahara I dan Bendahara II. Namun pada pelaksanaannya, dikarenakan amanah dan tanggung jawab lain, sebagian tugas Bendahara I diserahkan kepada Bendahara II. Bendahara juga mengalami kesulitan dalam menghimpun dana, khususnya penarikan iuran latihan karena masih terdapat anggota yang sulit untuk memenuhi kewajiban membayar iuran latihan.
Adapun hambatan-hambatan yang timbul saat kepengurusan antara lain:
-          Kurangnya koordinasi antar kedua bendahara
-          Kehadiran bendahara tidak 100 %
-          Banyak anggota yang sulit dihubungi ketika belum memenuhi kewajiban

Be Cheerful Hanaaaa :)


Setelah banyaknya curhatan yang berbau galau, kali ini gue bakal nulis curhatan yang aga ceria. Ceria, dari judulnya aja udah keliatan, hehe. Baik, gue mulai dengan perasaan galau berkepanjangan gue akhir-akhir ini, gue ngerasa ini sebagai SGMSA (Sindrom Galau Mahasiswa Semester Akhir). Ya, galau PLP, galau penelitian, galau skripsi L Tapi hari ini, gue ngerasa kegalauan gue itu sembuh! J entah kenapa yaa.... Banyak hal sih sebenernya yang terjadi beberapa hari ke belakang dan kalo gue akumulasikan, hal-hal itu membawa energi positif buat perubahan! J
Gue sempet ngalamin down yang bener-bener down hampir seminggu lalu, bikin gue galau ngga menentu, ngga tau apa yang gue mau, ngerasa asing sendiri, cuma bisa diem. Kalo udah kaya gitu biasanya gue punya cara buat nge-refresh jiwa gue biar kembali calm, tapi ngga down. Tapi kali ini ngga. Keluarga jauh, pacar ngga punya, mau olahraga pagi males minta ampun, tidur aja malah tambah down. Jadi, gue merenung (bahasa keren dari ngelamun), apa yang sebenernya gue cari, apa yang bakal gue tuju, dan yang paling penting gimana cara ngatasin kegalauan ini. Abis gitu, gue flashback ke belakang, ke masa-masa dimana gue sempet berjaya, masa-masa yang membahagiakan gue. Astaghfirullah, ga seharusnya gue galau kaya gini. Ga ada yang bikin gue galau. Allah udah memberikan semua yang gue butuhkan! J
Amit-amit banget dah kelakuan gue. Cengeng banget. Kesenggol dikit, jatuh, nangis. Idiiiih....
Akhirnya gue sadar, kalo gue ini belum bisa bersyukur dengan baik. Padahal, subhanallah, nikmat itu memang tidak akan pernah terhitung. Dan gue rasa, semua yang terjadi ama gue seharusnya bikin gue bahagia, setiap saat.  Kalo kita menyadari itu, insya Allah kita dapat memanfaatkan waktu dengan baik. J
Dan hari ini, gue bahagiaaaa banget.... Walaupun lelah, dari kemarin bolak-balik kehujanan, lari-larian, bawa bawaan berat. Tapi mungkin salah satunya itu yang bikin gue bahagia. Sampai di kosan, gue masih senyum-senyum, ketawa-ketawa sendiri, hehehe. Baca sms temen, ketawa. Ngepoin laporan PLP temen, senyum-senyum. Sampai babeh gue sendiri nelepon, gue nyantai banget ngobrolnya kaya lagi ama konco-konco, hahahaha, padahal biasanya ngga gitu, malah biasanya kaya lagi bicara ke dosen, hehe.
Alhamdulillah, terimakasih atas kebahagiaan dan keceriaan ini. J
Tidur cepet yuk ah, besok harus bangun pagi! Biar bisa olahraga. J

Masukan untuk Program Latihan Profesi Prodi PGSD 2014


1.     Bagi UPT PLP
a.      Koordinasi antara UPT – PLP UPI dengan pihak sekolah perlu ditingkatkan demi terciptanya hubungan kerjasama yang baik antara kedua belah pihak.
b.     Hendaknya dilakukan pengawasan secara berkelanjutan selama praktikan melakukan praktik program lapangan ini.
c.      Perlu adanya peningkatan kedisiplinan dan profesionalisme bagi para dosen tetap PLP agar selalu memberikan arahan dan bimbingan yang baik bagi para praktikan.
d.     Sejak angkatan pertama PGSD jenjang S1, penempatan PLP selalu di Lembang. Perlu ada inovasi berkenaan dengan penempatan, seperti penempatan PLP di luar daerah. Hal ini dimaksudkan agar para mahasiswa mempersiapkan diri apabila ditempatkan di daerah terpencil setelah lulus nanti. Selain itu, mahasiswa yang berminat untuk mengikuti program SM3T juga dapat berlatih hidup di daerah tertinggal.
2.     Bagi Sekolah
a.      Perlu adanya peningkatan kedisiplinan bagi para pendidik dan staf sekolah agar menjalankan kewajiban masing-masing dengan penuh rasa tanggung jawab.
b.     Perlu adanya konsistensi dalam menentukan jadwal, baik jadwal sekolah maupun jadwal kegiatan ekstrakurikuler.
c.      Perlu adanya penyampaian informasi yang jelas di antara semua pihak, seperti melalui pengumuman di muka umum, karena terkadang terdapat beberapa peserta didik yang tidak mengetahui jadwal sekolah.
d.     Perlu adanya bimbingan khusus bagi peserta didik di kelas tinggi yang belum dapat membaca ataupun memiliki kemampuan rendah.
3.     Bagi Praktikan yang akan Datang
a.      Praktikan perlu memiliki persiapan yang matang menjelang kegiatan PLP, baik persiapan fisik maupun mental.
b.     Praktikan harus dapat beradaptasi dengan situasi dan kondisi sekolah.
c.      Praktikan harus dapat mengelola stabilitas emosinya dengan baik agar selalu dapat mengikuti rangkaian PLP dengan penuh semangat.
d.     Praktikan hendaknya selalu menambah wawasan keilmuannya.
e.      Praktikan hendaknya memiliki rasa peka terhadap masalah-masalah yang terdapat di sekolah, baik mengenai kondisi peserta didik maupun mengenai manajemen sekolah.
f.      Praktikan harus selalu menjaga kekompakan di antara sesama praktikan pada khususnya dan staf pendidik pada umumnya.

Jumat, 12 April 2013

Obrolan Santai dengan Resa :)


Diantara anak-anak silat, gue punya kembaran. Secara fisik kita sama, sama-sama perempuan, sama-sama tinggi besar, seumuran. Abis gitu, kita seringkali berada dalam kelas yang sama dalam pertandingan. Berat badan kita kan sama tuh ya, deketan lah, jadi kalo ada pertandingan fight, harus ada yang ngalah naikin atau nurunin berat badan biar ga bentrok. Misal, berat badan gue 58 kg dan Resa 57 kg, kan sama-sama kelas C putri tuh ya, berarti gue harus naikin berat badan sampai lebih dari 60 kg biar masuk kelas D putri. Resa juga harus mempertahankan beratnya biar ga naik, ckckck. Kepribadian kami pun hampir sama, sama-sama lemah lembut so’ unyu gituu, hahaha. Yaa agak beda lah sama anak silat kebanyakan yang tomboy, berani, gagah, tajam, mantap, keren, berwibawa. Intinya aku dan kembaran gue ini seperti remaja putri pada umumnya. Namun karena kami hidup di lingkungan persilatan, kami jadi yang paling unyuu diantara yang lain, hehehe.
Resania Noor Swarga Dewi. Itulah nama kembaran gue. Kembaran kok namanya jauh beda ya? Hehe. Ah Nakula-Sadewa juga kembar tapi namanya ga mirip-mirip amat. Nama kembaranku itu Sanskerta banget ya, sejenis Nakula-Sadewa jadinya, hehe. Aku ga tau arti pasti namanya. Tapi kira-kira artinya itu: bunga resania, sang cahaya dewi surga. Bener gak sih? Ngarang banget guee, hehe. Ada ngga sih bunga yang namanya resania? Hahaha. Gue asa pernah denger bunga resania, jadi kira-kira begitulah arti namanya menurut versi gue, wkwkwkw.
Kami sama-sama kuliah di universitas yang sama. Beda jurusan. Beda fakultas. Beda angkatan. Dia anak Pend. Kimia 2010, adik angkatan alias junior gue. Tapi seumuran, dia lahir November 1992, gue lahir Mei 1992, lebih tua gue sih, hehe. Dia nganggap gue temen aja, ga pernah manggil gue pake embel-embel Teh ato Ka, apalagi Kang. Gue seneng gitu kok. Gue seneng dipanggil nama aja kalo sama yang masih seumuran. Gue kurang seneng dipanggil Teh ato Ka ama yang seumuran apalagi kalo kenyataannya mereka lebih tua dari gue.
Hari itu gue nganter kembaran gue yang satu ini ke tempat ngajar bimbel di Lembang. Ini pertama kalinya dia kesana, karena belum tau tempat dan takut kesasar, dia ngajak gue juga kesana. Berhubung gue ga da acara, terus udah lama juga ga jalan ama dia, ya okee gue ikut juga kesana walaupun gue ga da jadwal ngajar. Pas nyampe sananya mah, akhirnya gue ngajar juga, kata Bu Retno (pemilik bimbel), biar ada kerjaan, hehe. Kebagian ngajar Putra hari ini, anak kelas I yang pinter dan penurut, lucu pula J Sementara kembaran gue kebagian ngajar kelas X SMA.
Kami mengajar pukul 14.00 sampai dengan pukul 15.30. Padahal, si Resa kembaran gue itu ada Tutorial SPAI (Seminar Pendidikan Agama Islam) jam 15.30 di Mesjid Al-Furqon. Anak-anak tingkat III sekarang ini ngontrak matkul SPAI, jadi harus ikut Tutorial seminggu sekali, kalo gue sih udah taun kemaren, hehe. Rada was-was juga gue, kan lama perjalanan Lembang-Ledeng itu kalo naik angkot kira-kira 30 menit, berarti Resa bakal telat setengah jam, mana buat bolos Tutorial tuh ada jatahnya maksimal berapa kali gitu. Resa bilang, dia udah nitip absen ke temennya, biar ikut dicap sama panitia. Tapi kadang, panitia itu ada yang suka tegas juga, pas masuk disuruh antri satu-satu, jadi satu orang bawa satu kartu absen, biar ketauan yang titip-titipan absen.
Ketika kami selesai mengajar dan naik angkot sekitar pukul 15.30 lebih, Resa terlihat santai. Kalo gue jadi dia sih, gue was-was. Gue berkali-kali nanyain gimana tuh nasib absen. Dia bilang kalo misalnya bisa dicap, dia ga kan ke Al-Furqon, tapi kalo panitianya tegas, dia bakal langsung cuss kesana. Selama di perjalanan, dia sms-an sama temannya. Gue juga pantau terus perkembangan informasi dari temannya. Maklum lah, namanya juga kembaran, gue ikut khawatir kalo ada apa-apa sama kembaran gue, apalagi nyangkut kuliah. Sampe pas di tengah perjalanan, sms temannya berbunyi: “Udah mau ditutup Sah, buruan kesini.” Padahal waktu pada saat itu menunjukkan pukul 16.00 kurang sedikit. Dulu juga pas masih zaman SPAI, gue berangkat dari kosan pukul 16.00 lebih dikit, itu pun paling rajin. Temen-temen gue dulu paraaah, berangkat jam 16.30, hahahaha.
Gue jadi ga enak, tapi kembaran gue mah terlihat santai aja. Pada saat itu, kita hampir sampai Ledeng, turun hujan deras. Gue coba nenangin kembaran (padahal mah nenangin diri sendiri), dengan berkata,
“Bilang ke temennya bujuk panitia gitu biar jangan dulu ditutup. Keburu kok, bentar lagi sampai, ini udah daerah Rumah Sosis.”
Dan sekejap, kembaran gue berkata,
“Ah udah ah, ga kan kesana. Ke Rumah Sosis aja yuk?”
Hah?! Rada gila ni anak. Gue ga ngerti, dia tu lagi bercanda saking stresnya, apa emang serius. Tapi, berhubung pas banget kita lagi melintas depan Rumah Sosis, dan dia berkali-kali ngomong kalimat di atas dengan ga sambil ketawa, akhirnya gue cuma bisa bilang: KIRIIIIII....
Hujan deras. Pulang ngajar. Bolos Tutorial. Rumah Sosis.
Hahahahah. Parah banget lah kembaran gue yang satu ini. Dia bawa payung. Gue cuma bisa ketawa ketika kita jalan menuju Rumah Sosis berdua, di bawah satu payung, di tengah derasnya hujan. Aduuh mana tiba-tiba aja kita kesini, ga da persiapan, terutamanya uang, hehehe. Buat gue sih ga masalah kemana aja. Lah buat dia, udah bolos Tutorial, malah ke tempat ga jelas pula.
Dia bilang, dia ga pernah kesini, jadi mumpung lewat, pengin mampir dulu kesini. Sama, gue juga hampir 4 tahun belum pernah kesini, padahal sering banget lewat, hehehe. Yaudahlah, kapan lagi jalan ama kembaran parah kaya gini, hehehe. Akhirnya, kami sampai di tempat makan, memesan makanan, dan duduk. Rada katro juga sih. Kita langsung pesen aja ke counter makanannya sebelum duduk. Padahal ternyata, rumah makan ini kaya rumah makan pada umumnya, duduk dulu, terus ntar dikasih daftar menu, baru pesen deh.
Kita duduk ditemani sosis bakar pesenan dia, lumpia keju pesenan gue, dan dua botol teh dingin di bangunan mirip rumah kuno bangsawan Jawa yang terbuat dari kayu plus lampu-lampu merah mirip lampion Cina. Di luar hujan deras. Kapan lagi sih nikmatin saat-saat romantis bersama kembaran? Hehehe. Obrolan kita sore itu dimulai dengan mengomentari keadaan kita yang parah banget. Bolos Tutorial dan malah turun di Rumah Sosis, hahaha. Lanjut dengan kehidupan sehari-hari kita. Kesibukan dia, kesibukan gue, kesenengan dia, kesenengan gue, keluarga dia, keluarga gue. Dan yang paling ditunggu-tunggu: cowo dia, cowo gue, hahaha. Dia mah jelas punya cowo, lah gue? Hahaha. Kalo udah ngomongin cowo, biasanya langsung nyambung ke anak-anak silat. Abis, banyak cerita percinlokan sih di antara kita-kita, wkwkwk. Nah, ini yang paling seru. Gue nanya apa dia deket ama si X, soalnya dia emang keliatan deket banget ama X. Dia bilang lumayan deket sih sama X, tapi cuma sebatas teman aja, hehehe.
Ga kerasa waktu udah nunjukkin pukul 18.00, langit yang tadinya mendung udah berubah jadi gelap, adzan Magrib pun tela berkumandang. Ga kerasa banget. Dan ketika kita nengok ke sekeliling, bangku-bangku kosong. Artinya, yang dari tadi heboh, cekikikan, ketawa-ketawa, cuma kita berdua, si duo maut, hahaha. Kita pun mulai meninggalkan tempat dan naik lagi angkot untuk menuju kosan masing-masing. Di angkot pun, kita masih heboh berdua, karena obrolan yang tadi belum rampung dan ga enak kalo belum dituntasin, hehe. Dasar ibu-ibu rempong! Ketika angkot berhenti sejenak di Terminal Ledeng, gue turun. Dia turun belakangan karena dia ngekos di Gerlong. Kita berpisah disini. Padahal nih obrolah belum rampung juga, hehehe.
Gue pulang dengan rasa bahagia. Bahagia karena bisa bersama dengan kembaran walau hanya beberapa jam. Bahagia bisa sharing dengan orang yang sudah lama tidak berjumpa dan tidak berkomunikasi dengannya. Banyak perbedaan, antara gue dan dia. Gue, mahasiswa semester akhir yang harus fokus akan skripsi dan gampang merasa jenuh. Dan dia, mahasiswa yang lagi semangat-semangatnya kuliah dan punya banyak impian untuk diwujudkan sebelum lulus. Pokoknya gue jadi termotivasi atas obrolan-obrolan tadi, terinspirasi juga oleh dia. Yang pasti, walaupun hari ini kita melakukan kesalahan (bolos Tutorial), tapi kita juga melakukan hal yang bermanfaat, yaitu sharing dan berdiskusi yang membuat kita termotivasi, insya Allah....
 Alhamdulillah, hari ini gue bahagia dan siap untuk melangkah lebih baik esok! Terimakasih ya Resa, selamat beristirahat J    
salah satu foto gue ama kembaran gue yang diambil ketika kita nongkrong depan PKM 

Sabtu, 06 April 2013

Refleksi Hari Ini


Hari ini, saya mengikuti lokakarya. Masuk kelas lagi di WB Timur Gedung FIP dengan orang-orang “Matematika” membuat saya merasa sedang mengikuti kuliah lagi setelah beberapa lama menjalani PLP di Cibodas tercinta, hhehe. Saya senang kuliah. Kerjaannya hanya duduk, bertemu banyak orang, mendengarkan, menyimak, mencatat, menjawab, bertanya, menanggapi, presentasi, mengerjakan tugas, dan lain-lain. Hal paling saya sukai adalah mengkritisi materi yang diberikan dosen, khususnya bertanya, menanggapi, dan mengerjakan soal-soal Matematika di depan (khusus matkul kematematikaan). Kali ini, lokakarya yang saya ikuti adalah mengenai teknik penulisan artikel ilmiah. Saat itu, sang pemateri yang juga dosen sedang menjelaskan tentang cara penulisan atau pengetikan tanda baca. Beliau berprinsip, bahwa jarak antara semua tanda baca dengan kata sebelumnya tidak menggunakan spasi, namun jarak tanda baca dengan kata sesudahnya menggunakan spasi. Contoh:
Ketika anak sekolah, mereka juga akan belajar bersosialisasi.
Bandung: UPI Press.
Ya betul juga konsepnya, pikir saya. Namun, pada pembahasan selanjutnya, saya menemukan banyak kekeliruan. Beliau justru menggunakan prinsip tersebut ke tanda yang lain, dimana prinsip itu berlaku tidak untuk semua tanda. Seperti inilah contoh kekeliruannya:
( Tarsiyem, 2005: 10)
“ Pendidikan merupakan candu.”
Perhatikan spasi setelah tanda kurung buka dan tanda petik, seharusnya tidak menggunakan spasi.
Beliau lalu membuka sesi diskusi, cukup interaktif juga sesi diskusinya. Pertanyaannya juga seputar cara penulisan, semacam ukuran huruf, spasi, dan lain-lain. Tapi tidak ada yang mengkritisi perihal aturan tanda baca. Saya ingin sekali mengkritisinya. Saya ingin tahu isi benak rekan-rekan sesama peserta di kelas, apakah mereka menerima mentah-mentah aturan yang jelas salah tersebut atau mereka juga sudah gatal ingin meluruskan namun malas berbicara? Saya juga takut ucapan saya nanti dianggap tidak penting dan tidak berkualitas. Namun, karena memang lokakarya ini tentang teknik penulisan, saya pikir kritik saya sangat relevan. Dan juga sang pemateri berbicara mengenai itu-itu saja. Beliau pun mengatakan salah penulisan tanda baca saja merupakan hal yang fatal. Ditambah lagi, ada ungkapan: “Tegakkanlah kebenaran walaupun itu pahit.” Lagipula apabila puluhan orang di kelas ini menerima pengetahuan yang salah sementara saya tahu namun tidak meluruskan, maka saya yang berdosa. Aduh lebay banget ya sampai kesitu segalaa, hehehe.
Akhirnya ketika sesi diskusi sedang agak sepi, saya mengacungkan tangan kanan saya dan mulai berbicara, “Pak, punten, untuk yang masalah EYD, bla.... bla.... bla....” (sedang cuap-cuap ceritanya). Pada saat itu, sesi diskusi yang tadinya lumayan rame, jadi hening, hanya saya yang berbicara. Mungkin para peserta, khususnya teman-teman sekelas saya di Keminatan Matematika kangen dengar suara saya pada proses perkuliahan (narsis banget sih guee, hehehe). Setelah itu, perkiraan saya, mungkin sang pemateri keukeuh dengan pendapatnya. Namun ternyata tidak. Sang pemateri langsung berkata, “Oh iya, coba Bapak periksa lagi,” sambil membuka-buka halaman buku pegangannya. Dan langsung.... “Oh iya, Bapak salah, seharusnya bla.... bla.... bla....” sambil mengedit presentasinya. “Bagus ya, terimakasih. Kalau ada dari Keminatan Bahasa silakan kritisi lagi,” sahut sang pemateri kemudian. Teman-teman sekelas saya langsung berkata, “Matematika Pak....!” “Oh ya bagus, berarti murid Bapak pintar-pintar,” sahut sang pemateri. “Yeee....!” kata teman-teman. Saya hanya nyengir sambil mengamini perkataan sang pemateri sekaligus dosen kami itu.
Padahal, dalam hati, saya agak menyesal juga.
Dari awal saya berguru kepada pemateri tersebut. Walaupun tidak mengampu mata kuliah kami di semester awal, beliau kenal saya karena saya ikut kegiatan Math Club. Beliau malah hapal nama saya ketika kami tingkat II, pada saat salah satu mata kuliah kami diampu oleh beliau. Dan terlebih lagi, beliau pernah menyebut saya “agak bisa” untuk mengerjakan soal Matematika. Saya sempat eksis dengan berbekal ilmu Matematika.
Namun, ketika tingkat III, beliau tidak mengampu mata kuliah kematematikaan, tetapi mata kuliah yang berhubungan dengan pembelajaran. Dari sana, saya jadi “pendiam” ketika perkuliahan beliau. Saya tidak suka memaksakan diri untuk aktif dalam perkuliahan yang tidak begitu menarik bagi saya. Saya biasanya aktif pada perkuliahan yang saya senangi saja. Mungkin, karena saya menjadi terkesan “tenggelam” di kolam perkuliahan, beliau lupa nama saya. Bahkan pada hari ini, ketika saya mencoba membuktikan bahwa saya masih eksis di bidang non-Matematika, beliau lupa saya berada di keminatan apa. Sediiiiiih L
Baik. Mari kita petik hikmah dari kejadian hari ini. Pertama, tegakkanlah kebenaran walaupun itu pahit. Salah satunya adalah dengan speak up. Ini juga akan membuat kita agak eksis, hehehe. Kedua, jadikanlah hari esok lebih baik dari hari ini. Jangan seperti saya. Sudah baik di awal, dipuji, dipercaya, eh besok-besoknya terlupakan L Mengapa di atas saya katakan saya menyesal? Bukan saya kecewa? Karena saya termasuk orang yang celaka dalam hal ini. Ada tiga tipe orang dalam hal kualitas perubahan:
o   Orang yang beruntung, adalah orang yang dapat menjadikan hari ini lebih baik dari hari kemarin J
o   Orang yang merugi, orang yang kualitas hari ini dengan hari kemarin sama
o   Orang yang celaka, orang yang kualitas hari ini menurun dari hari kemarin L
(dikutip dari sebuah khutbah Jumat yang terdengar sampai kost-an saya)
Oleh karena itu, mari kita jadikan hari esok lebih baik dari hari ini. Niatkan dan persiapkan proposal perubahan ke arah yang lebih baik untuk hari esok, salah satu rujukannya adalah dari kesalahan hari ini.
Selamat malam, selamat beristirahat. Tidur yang nyenyak, semoga hari esok lebih baik. Amiiiin J

Kamar Unyu, 23.07 Sabtu malam ditemani alunan merdu irama hujan