Selasa, 22 April 2014

Pendekatan Problem Solving



Menurut Ruhimat et al. (2009: 172), pendekatan pembelajaran adalah suatu upaya menghampiri makna pembelajaran melalui suatu cara pandang dan pandangan tertentu atau aplikasi suatu cara pandang dan pandangan tertentu dalam memahami makna pembelajaran. Pendekatan Problem Solving merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang mana menekankan pada pemecahan masalah dalam kegiatan pembelajarannya. Menurut Wena (2011: 60), pemecahan masalah adalah petunjuk untuk melakukan suatu tindakan yang berfungsi untuk membantu seseorang dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Pendekatan ini pertama kali dicetuskan oleh George Polya. Polya (1962: 117) mengatakan “.... to have a problem means: to search consiciously for some action appropriate to attain a clearly conveived, but not immediately attainable, aim. To solve a problem means to find such action.” Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa memiliki masalah merupakan mencari beberapa tindakan yang tepat untuk mencapai tujuan yang diinginkan, namun tidak dengan segera tercapai. Memecahkan masalah berarti menemukan beberapa tindakan. Adapun langkah-langkah pemecahan masalah adalah sebagai berikut (Polya, 1956):
a.         Memahami masalahnya.
b.        Membuat rencana penyelesaian
c.         Melaksanakan rencana penyelesaian.
d.        Memeriksa kembali, mengecek hasilnya.
Dewey (Nasution, 2009: 171) mengemukakan langkah-langkah pemecahan masalah sebagai berikut:
a.         Pelajar dihadapkan dengan masalah
b.        Pelajar merumuskan masalah
c.         Ia merumuskan hipotesis
d.        Ia menguji hipotesis
Dalam Ruhimat et al. (2009: 144), beberapa langkah umum pemecahan masalah yang dapat ditempuh ialah:
a.       Mengenal permasalahan
b.      Merumuskan masalah
c.       Mengumpulkan berbagai data atau keterangan untuk pemecahan masalah
d.      Merumuskan dan menyeleksi kemungkinan pemecahan masalah
e.       Implementasi dan evaluasi
Ketiga pendapat tersebut pada intinya sama. Berdasarkan ketiga pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa Pendekatan Problem Solving adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang langkah-langkahnya meliputi: memahami masalahnya, membuat rencana penyelesaian, melaksanakan rencana penyelesaian, serta memeriksa kembali/mengecek hasilnya. Langkah-langkah tersebut masih berupa langkah-langkah yang bersifat umum dan belum bersifat teknis, adapun prosedur pemecahan masalah yang dikemukakan Giancoli (Wena, 2011: 60) antara lain:
a.         Baca masalahnya secara menyeluruh dan hati-hati sebelum mencoba untuk memecahkannya.
b.        Tulis apa yang diketahui atau yang diberikan, kemudian tuliskan apa yang ditanyakan.
c.         Pikirkan tentang prinsip, definisi, dan/atau persamaan hubungan besaran yang berkaitan. Sebelum mengerjakannya yakinkan bahwa prinsip, definisi dan/atau persamaan tersebut valid. Jika ditemukan persamaan yang hanya memuat kuantitas yang diketahui dan satu tidak diketahui, selesaikan persamaan tersebut secara aljabar.
d.        Pikirkanlah dengan hati-hati tentang hasil yang diperoleh, apakah masuk akal atau tidak masuk akal?
e.         Suatu hal yang sangat penting adalah perhatikan satuan, serta cek penyelesaiannya.
Langkah-langkah Problem Solving yang dikemukakan Giancoli tersebut merupakan penjabaran dari langkah-langkah yang dikemukakan Polya maupun Dewey. Berdasarkan langkah-langkah yang dikemukakan para ilmuwan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Pendekatan Problem Solving dapat memfasilitasi siswa untuk dapat memecahkan masalah secara sistematis sehingga materi yang diperoleh siswa dapat lebih bermakna dan kemampuan matematis siswa pun akan lebih terasah karena dibutuhkan keterampilan-keterampilan tertentu dalam memecahkan masalah.
Seorang guru dituntut untuk dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah. Nasution (1982: 171) menyebutkan beberapa cara untuk membantu anak memecahkan masalah sebagai berikut:
a.         Cara yang paling tidak efektif ialah bila kita memperlihatkan kepada anak tentang cara memecahkan masalah itu.
b.        Cara yang lebih baik ialah memberikan instruksi kepada anak secara verbal untuk membantu anak memecahkan masalah itu.
c.         Cara yang terbaik ialah memecahkan masalah itu langkah demi langkah dengan menggunakan aturan tertentu, tanpa merumuskan aturan itu secara verbal. Dengan menggunakan contoh, gambar-gambar, dan sebagainya, belajar anak itu dibantu dan dibimbing untuk menemukan sendiri pemecahan masalah itu. Dengan cara demikian, mereka menemukan sendiri aturan yang diperlukan untuk memecahkan masalah itu.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa cara terbaik membimbing siswa dalam penerapan Pendekatan Problem Solving adalah dengan memecahkan masalah itu secara bertahap dengan menggunakan aturan tertentu serta dengan menggunakan media seperti contoh, gambar, dan lain-lain.
Nasution (1982: 172) juga menjelaskan kondisi belajar memecahkan masalah sebagai berikut:
a.         Kondisi dalam diri pelajar merupakan kemampuannya untuk mengingat kembali aturan-aturan yang telah dipelajarinya sebelumnya yang berkenaan dengan pemecahan masalah itu. Kemampuan itu selalu bergantung pada pengalaman belajar yang lampau khususnya untuk mengingat kembali aturan-aturan tertentu.
b.        Kondisi dalam situasi situasi belajar. Kontiguitas diperlukan agar dapat menggunakan aturan-aturan secara berturut-turut. Instruksi verbal diperlukan untuk mendorong anak-anak mengingat kembali aturan yang diperlukan. Instruksi verbal itu maksudnya membimbing atau menjuruskan pemikiran pelajar ke arah tertentu. Bimbingan serupa ini diberikan oleh anak itu sendiri kepada dirinya dalam hal belajar sendiri.
Menurut Dahar (Wena, 2011: 63), untuk memperoleh pengetahuan prosedural dibutuhkan latihan-latihan dan umpan balik. Wena (2011: 63) juga mengatakan:
Dengan prosedur-prosedur pemecahan masalah, siswa diberi kesempatan untuk bekerja secara sistematis, siswa banyak melakukan latihan dan guru memberi petunjuk secara menyeluruh. Dengan latihan yang dilakukan oleh siswa, diharapkan siswa memiliki keterampilan dalam pemecahan soal. Penggunaan pemecahan masalah sistematis dalam latihan menyelesaikan soal didukung oleh teori belajar Ausubel tentang belajar bermakna, yang menekankan perlunya menghubungkan informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Dengan menggunakan pemecahan masalah yang sistematis, siswa dilatih tidak hanya mengetahui apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, tetapi juga dilatih untuk menganalisis soal, mengetahui secara pasti situasi soal, besaran yang diketahui dan yang ditanyakan serta perkiraan jawaban soal.
Berdasarkan pendapat para ilmuwan mengenai Pendekatan Problem Solving, dapat disimpulkan bahwa pendekatan ini cocok untuk diterapkan pada pembelajaran matematika mengingat bahwa matematika bukan sekedar mata pelajaran berupa pengetahuan umum ataupun hapalan, namun lebih membutuhkan keterampilan-keterampilan tertentu khususnya dalam pemahaman, penalaran, dan pemecahan masalah. Pendekatan Problem Solving dapat pula diterapkan pada mata pelajaran lain, bahkan mata pelajaran non eksak sekalipun. Melalui pendekatan ini, siswa dapat terfasilitasi untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut. Dengan memahami masalah, kemampuan pemahaman siswa akan terasah. Melalui penyusunan rencana penyelesaian, pelaksanaan rencana penyelesaian, dan pengecekan ulang, kemampuan penalaran dan pemecahan masalah siswa pun akan terasah.



Daftar Pustaka:
Nasution, S. (1982). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Polya, G. (1956). How to Solve It: A New Aspect of Mathematical Method. Zurich: Princenton Paperbacks.
                    (1962). Mathematical Discovery Volume I. Zurich: Princenton Paperbacks.
Ruhimat, T. et al. (2009). Kurikulum & Pembelajaran. Bandung: Kurtekpend.
Wena, M. (2011). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: PT Bumi Aksara.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar