Baru hari Sabtu kemarin, tepatnya pada tanggal 5 April 2014
senja hari, aku mendapatkan beberapa film dari seorang kawan, sebut saja
namanya Angga Muhammad Iqbal atau yang biasa kita kenal dengan “Garonk”.
Sebenarnya aku tak begitu suka film. Aku lebih suka novel dibandingkan film.
Ini semua terjadi karena desakan murid-muridku di SSC Merdeka yang belajar IPS
denganku. Mereka pengen banget nonton film yang berhubungan dengan sejarah.
Berhubung Sabtu kemarin aku agak santai, entah mengapa akhir-akhir ini aku
mendapat rezeki banyak waktu luang, Alhamdulillah…. Jadilah aku pergi ke kosan
Garong untuk keperluan tersebut. Alhasil, beberapa film pun kudapatkan. Untuk
manusia sejenis Garong, kupikir akan mendapatkan film-film perang documenter
nan sadis. Ternyata eh ternyata film sejenis itu tidak ada sama sekali. Padahal
aku berharap akan mendapat film seperti itu. Yaaah anak-anak zaman sekarang
senengnya yang sadis-sadis. Hehehe, kalo bukan film sadis rasanya murid-muridku
tidak akan tertarik. Halah halaaah, guru macam apaaa iniiii….
Alhasil kudapatkan beberapa film dengan beberapa genre. Ada
yang documenter, komedi, drama. Yaah kebanyakannya sih untuk dikonsumsi diriku
sendiri, hehe. Berhubung waktu luang yang banyak, Alhamdulillah lagi, jadilah
selama akhir pekan aku sempat iseng membuka-buka folder film dari Garong.
Padahal tadinya aku sama sekali tidak tertarik. Pertama, aku membuka film
berjudul “Grave of the Fireflies” atau “Kuburan Kunang-kunang”. Itu film anime.
Tapi kata Garong, tuh film tentang Perang Dunia II dan sedih banget, Garong pun
ampe ga kuat nontonnya. Karena penasaran dengan film yang bias bikin Garong Si
Preman Cemen nangis, maka aku pun menonton film itu pertama. Jadi ceritanya tuh
aku baru pulang jogging Minggu pagi, baru selesai ngejemur pakaian, lagi
siap-siap sarapan bubur belakang kolam renang UPI. Pertamanya sih gak niat-niat
banget. Tapi pas pertama klik, dan mulai film… Wah keliatannya rame. Dan
akhirnya…. Aku ga punya jeda sama sekali untuk mem-pause film itu. Karena
setiap segmennya…. Luar biasa! Ga ada yang membosankan. Emang ga salah nih film
bias bikin preman cemen nangis, hehehe…
Review sedikit yaa. Jadi ceritanya tuh tentang kehidupan
sebuah keluarga pada saat Perang Dunia 2 di Jepang. Sebenarnya keluarga tersebut
bias dibilang keluarga berada. Ayahnya semacam Jenderal di Angkatan Laut.
Ibunya cantik. Anak pertama seorang pemuda yang bernama Seita berusia sekitar
15 tahunan, dan anak kedua perempuan berusia sekitar 6 tahunan yang bernama
Setsuko. Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang Seita. Alur yang
digunakan adalah alur campuran. Jadi di awal kita melihat akhir hidup Seita,
Lalu flashback ke awal cerita. Konflik bermula saat Sang Ibu meninggal
gara-gara serangan udara dari pasukan Sekutu. Jadilah Seita dan Setsuko harus
berjuang menghadapi kehidupan perang tanpa orang tua. Dimulai dari menumpang
kepada Bibi. Namun akhirnya mereka tidak betah karena sang Bibi dianggap
terlalu mengatur mereka. Sebenarnya sederhana banget sih ya ceritanya, terus gada
surprise juga, mudah ditebak, cuma penyajiannya tuh kereeen banget! Recommended
banget lah buat segala usia, segala kalangan! Dan film ini berhasil
menghipnotisku seharian. Jadi selama hari minggu itu aku jadi males
ngapa-ngapain, pengennya tuh ngebayangin film itu terus. Jadilah Minggu kemarin
aku ga sempet beres-beres kamar, hehehe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar