Menurut Ruhimat et al. (2009: 172), pendekatan
pembelajaran adalah suatu upaya menghampiri makna pembelajaran melalui suatu
cara pandang dan pandangan tertentu atau aplikasi suatu cara pandang dan
pandangan tertentu dalam memahami makna pembelajaran. Pendekatan Problem Solving merupakan salah satu
pendekatan dalam pembelajaran yang mana menekankan pada pemecahan masalah dalam
kegiatan pembelajarannya. Menurut Wena (2011: 60), pemecahan masalah adalah
petunjuk untuk melakukan suatu tindakan yang berfungsi untuk membantu seseorang
dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Pendekatan ini pertama kali dicetuskan
oleh George Polya. Polya (1962: 117) mengatakan “.... to have a problem means: to search consiciously for some action
appropriate to attain a clearly conveived, but not immediately attainable, aim.
To solve a problem means to find such action.” Berdasarkan pendapat
tersebut, dapat disimpulkan bahwa memiliki masalah merupakan mencari beberapa
tindakan yang tepat untuk mencapai tujuan yang diinginkan, namun tidak dengan
segera tercapai. Memecahkan masalah berarti menemukan beberapa tindakan. Adapun
langkah-langkah pemecahan masalah adalah sebagai berikut (Polya, 1956):
a.
Memahami masalahnya.
b.
Membuat rencana
penyelesaian
c.
Melaksanakan rencana
penyelesaian.
d.
Memeriksa kembali,
mengecek hasilnya.
Dewey (Nasution,
2009: 171) mengemukakan langkah-langkah pemecahan masalah sebagai berikut:
a.
Pelajar dihadapkan
dengan masalah
b.
Pelajar merumuskan
masalah
c.
Ia merumuskan hipotesis
d.
Ia menguji hipotesis
Dalam
Ruhimat et al. (2009: 144), beberapa langkah
umum pemecahan masalah yang dapat ditempuh ialah:
a. Mengenal
permasalahan
b. Merumuskan
masalah
c. Mengumpulkan
berbagai data atau keterangan untuk pemecahan masalah
d. Merumuskan
dan menyeleksi kemungkinan pemecahan masalah
e. Implementasi
dan evaluasi
Ketiga pendapat
tersebut pada intinya sama. Berdasarkan ketiga pendapat tersebut, dapat
disimpulkan bahwa Pendekatan Problem
Solving adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang langkah-langkahnya
meliputi: memahami masalahnya, membuat rencana penyelesaian, melaksanakan
rencana penyelesaian, serta memeriksa kembali/mengecek hasilnya.
Langkah-langkah tersebut masih berupa langkah-langkah yang bersifat umum dan
belum bersifat teknis, adapun prosedur pemecahan masalah yang dikemukakan
Giancoli (Wena, 2011: 60) antara lain:
a.
Baca masalahnya secara
menyeluruh dan hati-hati sebelum mencoba untuk memecahkannya.
b.
Tulis apa yang
diketahui atau yang diberikan, kemudian tuliskan apa yang ditanyakan.
c.
Pikirkan tentang
prinsip, definisi, dan/atau persamaan hubungan besaran yang berkaitan. Sebelum
mengerjakannya yakinkan bahwa prinsip, definisi dan/atau persamaan tersebut
valid. Jika ditemukan persamaan yang hanya memuat kuantitas yang diketahui dan
satu tidak diketahui, selesaikan persamaan tersebut secara aljabar.
d.
Pikirkanlah dengan
hati-hati tentang hasil yang diperoleh, apakah masuk akal atau tidak masuk
akal?
e.
Suatu hal yang sangat
penting adalah perhatikan satuan, serta cek penyelesaiannya.
Langkah-langkah
Problem Solving yang dikemukakan
Giancoli tersebut merupakan penjabaran dari langkah-langkah yang dikemukakan
Polya maupun Dewey. Berdasarkan langkah-langkah yang dikemukakan para ilmuwan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa Pendekatan Problem Solving dapat memfasilitasi siswa untuk dapat memecahkan
masalah secara sistematis sehingga materi yang diperoleh siswa dapat lebih
bermakna dan kemampuan matematis siswa pun akan lebih terasah karena dibutuhkan
keterampilan-keterampilan tertentu dalam memecahkan masalah.
Seorang guru
dituntut untuk dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah. Nasution (1982:
171) menyebutkan beberapa cara untuk membantu anak memecahkan masalah sebagai
berikut:
a.
Cara yang paling tidak
efektif ialah bila kita memperlihatkan kepada anak tentang cara memecahkan
masalah itu.
b.
Cara yang lebih baik
ialah memberikan instruksi kepada anak secara verbal untuk membantu anak
memecahkan masalah itu.
c.
Cara yang terbaik ialah
memecahkan masalah itu langkah demi langkah dengan menggunakan aturan tertentu,
tanpa merumuskan aturan itu secara verbal. Dengan menggunakan contoh,
gambar-gambar, dan sebagainya, belajar anak itu dibantu dan dibimbing untuk
menemukan sendiri pemecahan masalah itu. Dengan cara demikian, mereka menemukan
sendiri aturan yang diperlukan untuk memecahkan masalah itu.
Berdasarkan
pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa cara terbaik membimbing siswa dalam
penerapan Pendekatan Problem Solving
adalah dengan memecahkan masalah itu secara bertahap dengan menggunakan aturan
tertentu serta dengan menggunakan media seperti contoh, gambar, dan lain-lain.
Nasution (1982:
172) juga menjelaskan kondisi belajar memecahkan masalah sebagai berikut:
a.
Kondisi dalam diri
pelajar merupakan kemampuannya untuk mengingat kembali aturan-aturan yang telah
dipelajarinya sebelumnya yang berkenaan dengan pemecahan masalah itu. Kemampuan
itu selalu bergantung pada pengalaman belajar yang lampau khususnya untuk
mengingat kembali aturan-aturan tertentu.
b.
Kondisi dalam situasi
situasi belajar. Kontiguitas diperlukan agar dapat menggunakan aturan-aturan
secara berturut-turut. Instruksi verbal diperlukan untuk mendorong anak-anak
mengingat kembali aturan yang diperlukan. Instruksi verbal itu maksudnya
membimbing atau menjuruskan pemikiran pelajar ke arah tertentu. Bimbingan
serupa ini diberikan oleh anak itu sendiri kepada dirinya dalam hal belajar
sendiri.
Menurut Dahar
(Wena, 2011: 63), untuk memperoleh pengetahuan prosedural dibutuhkan
latihan-latihan dan umpan balik. Wena (2011: 63) juga mengatakan:
Dengan prosedur-prosedur pemecahan masalah, siswa
diberi kesempatan untuk bekerja secara sistematis, siswa banyak melakukan
latihan dan guru memberi petunjuk secara menyeluruh. Dengan latihan yang
dilakukan oleh siswa, diharapkan siswa memiliki keterampilan dalam pemecahan
soal. Penggunaan pemecahan masalah sistematis dalam latihan menyelesaikan soal
didukung oleh teori belajar Ausubel tentang belajar bermakna, yang menekankan
perlunya menghubungkan informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang
terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Dengan menggunakan pemecahan
masalah yang sistematis, siswa dilatih tidak hanya mengetahui apa yang
diketahui, apa yang ditanyakan, tetapi juga dilatih untuk menganalisis soal,
mengetahui secara pasti situasi soal, besaran yang diketahui dan yang
ditanyakan serta perkiraan jawaban soal.
Berdasarkan
pendapat para ilmuwan mengenai Pendekatan Problem
Solving, dapat disimpulkan bahwa pendekatan ini cocok untuk diterapkan pada
pembelajaran matematika mengingat bahwa matematika bukan sekedar mata pelajaran
berupa pengetahuan umum ataupun hapalan, namun lebih membutuhkan
keterampilan-keterampilan tertentu khususnya dalam pemahaman, penalaran, dan
pemecahan masalah. Pendekatan Problem
Solving dapat pula diterapkan pada mata pelajaran lain, bahkan mata
pelajaran non eksak sekalipun. Melalui pendekatan ini, siswa dapat
terfasilitasi untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut. Dengan
memahami masalah, kemampuan pemahaman siswa akan terasah. Melalui penyusunan
rencana penyelesaian, pelaksanaan rencana penyelesaian, dan pengecekan ulang,
kemampuan penalaran dan pemecahan masalah siswa pun akan terasah.
Daftar Pustaka:
Nasution, S.
(1982). Berbagai Pendekatan dalam Proses
Belajar dan Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Polya,
G. (1956). How to Solve It: A New Aspect
of Mathematical Method. Zurich: Princenton Paperbacks.
(1962). Mathematical
Discovery Volume I. Zurich: Princenton Paperbacks.
Ruhimat,
T. et al. (2009). Kurikulum &
Pembelajaran. Bandung: Kurtekpend.
Wena,
M. (2011). Strategi Pembelajaran Inovatif
Kontemporer. Jakarta: PT Bumi Aksara.