Pendidikan
merupakan kebutuhan setiap manusia. Karena melalui pendidikan, manusia belajar
untuk menjadi manusia seutuhnya. Pendidikan berpengaruh terhadap perubahan
perilaku manusia. Secara khusus, pendidikan merupakan proses pembelajaran yang
didapat siswa di lingkungan sekolah. Salah satu mata pelajaran yang terdapat
dalam pendidikan formal di sekolah adalah Matematika. Untuk dapat memahami dan
menguasai matematika pun diperlukan pendidikan yang baik agar pembelajaran
menjadi bermakna dan ilmu matematika yang diperoleh dapat berguna bagi masa
depan siswa kelak.
Matematika
merupakan sebuah mata pelajaran yang diajarkan dari mulai jenjang Sekolah Dasar
(SD) sampai jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika yang juga merupakan
dasar dari beberapa ilmu, seperti statistika, akuntansi, fisika, kimia, dan
lain-lain, seharusnya menjadi mata pelajaran yang dikuasai sedari dini oleh
siswa. Tuntutan globalisasi di zaman sekarang pun menuntut para generasi
penerus untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya
matematika. Matematika merupakan ilmu utama yang mendasari perkembangan
teknologi. Teknologi yang kini sedang berkembang pesat, baik teknologi
informasi dan komunikasi, teknologi elektronika, maupun teknologi mesin, tidak
terlepas dari peranan matematika. Matematikalah yang menyokong sistem logika
dan perhitungan-perhitungan yang pas sehingga teknologi berkembang serta dapat
mempermudah pekerjaan manusia. Seperti yang disebutkan dalam Panduan KTSP
(BSNP) Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi, Standar Kompetensi &
Kompetensi Dasar (2009: 117) bahwa:
Matematika
merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern,
mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir
manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa
ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar,
analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta
teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Berdasarkan
urgensi matematika tersebut, setiap siswa diharapkan mampu untuk memahami dan
menguasai mata pelajaran ini melalui pembelajaran yang mereka peroleh di setiap
jenjang pendidikan. Dalam Mata Pelajaran Matematika, terdapat materi Bilangan
Bulat.
Bilangan
bulat adalah bilangan yang merupakan anggota himpunan bilangan cacah dan lawan
bilangan cacah. Bilangan bulat dibagi menjadi bulat positif, bilangan bulat
negatif, dan bilangan nol. Dalam bilangan bulat, terdapat operasi hitung
bilangan bulat. Operasi hitung bilangan bulat terdiri dari operasi penjumlahan
dan pengurangan bilangan bulat.
Salah
satu pendekatan yang dilakukan dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan
pemahaman konsep operasi bilangan bulat siswa adalah Problem Solving. Wena (2011: 52) mengemukakan bahwa “pemecahan
masalah dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah
aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru.”
Pendekatan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep operasi
hitung bilangan bulat karena memfasilitasi siswa untuk memahami konsep
matematika berdasarkan 4 langkah yang dikemukakan Polya (1956), yaitu: memahami
masalah, menyusun rencana penyelesaian masalah, melaksanakan rencana
penyelesaian masalah, dan mengecek ulang.
Kenyataan
yang terjadi di lapangan tidak berjalan sesuai dengan harapan. Matematika
seringkali dianggap sebagai pelajaran yang menakutkan dan sulit dimengerti. Hal
tersebut disebabkan oleh objek kajian matematika yang bersifat abstrak.
Sementara itu, tahapan perkembangan sebagian besar siswa SD masih berada pada
tahapan operasional konkret. Mata Pelajaran Matematika di SD yang kebanyakan
berisi tentang hitungan dan pemecahan masalah membutuhkan pendalaman yang kuat
untuk memahaminya. Harapan bahwa matematika seharusnya dikuasai siswa sedari
dini, belum tejadi, khususnya di Indonesia. Seperti yang dikemukakan Mullis et al. (Prabawanto, 2009) bahwa di
Indonesia sendiri, kemampuan matematika siswa masih kurang jika dibandingkan
dengan negara lain. Hal ini termuat dalam laporan TIMSS (The Third international Mathematics and Science Study) 1999 yang
memaparkan bahwa kemampuan matematika siswa di Indonesia berada pada urutan 34
dari 38 negara peserta dan jauh di bawah kemampuan rata-rata secara
internasional. Dari pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
matematika siswa di Indonesia masih sangat kurang, bahkan hampir menduduki
posisi terbawah. Hal tersebut tentunya menjadi permasalahan bagi pendidikan di
Indonesia, khususnya di bidang Matematika.
Sementara
itu, di tempat penelitian penulis, masalah tersebut juga terjadi. Kemampuan
pemahaman konsep bilangan bulat siswa kelas IV A masih sangat rendah. Hal
tersebut dibuktikan dengan masih rendahnya nilai Ujian Tengah Semester (UTS)
Mata Pelajaran Matematika siswa Kelas IV A. Rata-rata nilai UTS Semester Genap
Siswa kelas IV A pun sangat rendah, hanya 52,90 dan sebanyak 54,84 % siswa yang
tuntas atau mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM = 60), sementara
selebihnya memiliki nilai di bawah KKM (sumber: Daftar Nilai Semester Genap
Kelas IV A SDN 2 Cibodas). Sedangkan skor rata-rata ideal harapan
peneliti adalah 80 dan diharapkan pula 80 % siswa tuntas atau mencapau KKM. Berdasarkan
hasil wawancara dengan wali kelas pun, kemampuan pemahaman konsep operasi
hitung bilangan bulat pada siswa kelas IV A masih rendah. Begitupun pula
berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, sebagian besar siswa mengakui bahwa
mereka masih kebingungan dalam memahami konsep operasi hitung bilangan bulat.
Masalah tersebut dapat diakibatkan oleh suasana pembelajaran yang terjadi di
kelas IV A SDN 2 Cibodas. Berdasarkan pengamatan lapangan, guru mengajar secara
konvensional, yaitu dengan cara menjelaskan konsep operasi hitung bilangan
bulat dan memberi latihan soal kepada siswa. Aktivitas siswa dalam mengikuti
pembelajaran pun kurang. Bahkan terdapat beberapa siswa yang tidak mengikuti
pembelajaran dengan baik. Mereka melakukan aktivitas lain di luar pembelajaran,
seperti mengobrol dengan teman dan melamun. Guru kurang dapat mengelola kelas
dengan baik sehingga suasana kelas pun menjadi tidak kondusif. Selain itu,
media yang digunakan dalam pembelajaran pun hanya berupa gambar garis bilangan
yang dibuat di papan tulis. Media tersebut kurang proporsional karena berukuran
kecil dan tidak terlihat oleh siswa yang duduk di belakang. Selain itu,
kesibukan guru membuat guru terkadang tidak dapat melaksankan kewajibannya mengajar
di kelas. Hal tersebut membuat siswa menjadi terlantar.
Apabila
hal tersebut dibiarkan, akan terjadi masalah yang lebih kompleks lagi.
Kemampuan pemahaman konsep siswa akan terus terpuruk. Tuntutan perkembangan
zaman pun menuntut sumber daya manusia yang berkualitas dan kompeten di bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, perlu ada metode-metode khusus
yang dapat memfasilitasi siswa untuk dapat mengembangkan kemampuannya,
khususnya kemampuan pemahaman konsep bilangan bulat pada Mata Pelajaran
Matematika. Terutama di jenjang Sekolah Dasar, dimana siswa dibekali ilmu-ilmu
dasar yang berguna bagi masa depannya kelak.
Dalam
penelitian ini, metode yang digunakan penulis adalah pendekatan PTK (Penelitian
Tindakan Kelas). Untuk memperoleh data dalam penelitian, dilakukan
siklus-siklus dalam PTK ini.
Pendekatan pembelajaran yang digunakan
penulis dalam penelitian ini adalah Problem
Solving. Pendekatan Problem Solving merupakan salah satu pendekatan dalam
pembelajaran yang langkah-langkahnya antara lain: memahami masalahnya, membuat
rencana penyelesaian, melaksanakan rencana penyelesaian, dan memeriksa kembali,
mengecek hasilnya. (Polya, 1956). Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa Problem Solving
merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mengembangkan
kemampuan pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat. Karena dari langkah
pertama pun, siswa dituntut untuk memahami masalah. Sedangkan untuk mengikuti
langkah-langkah selanjutnya pun untuk memecahkan masalah tentunya siswa harus
memiliki kemampuan pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat yang baik.
Dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan ini, guru menyajikan
masalah di depan lalu menjelaskan cara memecahkan masalah melalui
langkah-langkah Problem Solving.
Selanjutnya guru memfasilitasi siswa untuk memecahkan masalah sendiri.
Setelah
menguraikan tentang latar belakang masalah, maka penulis melakukan penelitian
dengan judul “Penerapan Pendekatan Problem
Solving untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Operasi Hitung Bilangan Bulat”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar