Selasa, 05 Agustus 2014

Tokoh Mahabarata



Pada saat masih kecil, gue sudah disodorkan dengan buku-buku wayang. Hanya dua sih. Yang pertama jadul banget, judulnya “PANDAWA LILIMA”. Buku ini bercover biru dengan gambar para tokoh pandawa dalam bentuk wayang golek. Kalau tidak salah, bukunya sendiri berbahasa Sunda. Isinya tentang daftar tokoh Pandawa dan Kurawa dengan karakter masing-masing. Gue yang dahulu lebih suka gambar daripada kata, hanya mengamati gambar-gambarnya yang berbentuk wayang golek tersebut. Sementara kisah mengenai tokohnya masing-masing aku simak dari ayah dan bibi gue. Buku yang satu lagi berjudul “BUNGA DI PADANG KURUSETRA”. Buku ini adalah buku cerita tentang kisah Perang Baratayudha. Covernya berwarna merah dengan gambar Arjuna di samping jasad Karna yang telah tertusuk panah. Buku ini berbahasa Indonesia. Memang, hingga saat kini gue belum membaca buku itu secara utuh. Paling hanya melihat gambar-gambarnya saja. Ada gambar Gatotkaca kalau tidak salah di dalamnya. Makluum anak-anak suka malas baca, lebih tertarik pada gambar. Dulu pun gue belum ngeh, kalau Perang Baratayudha merupakah bagian dari kisah Mahabarata. Aku kira buku “BUNGA DI PADANG KURUSETRA” itu hanya dongeng biasa. “Itu Arjuna sama Adipati Karna tau,” kata Ayah ketika kebetulan gue tengah melihat-lihat buku itu. “Ooh… Kenapa yang jadi cover depannya mereka?” tanya Hana Kecil. Dari sanalah ayah menjelaskan bahwa Karna bukanlah tokoh yang biasa saja di Kisah Mahabarata. Malah bisa dibilang Karna itu tokoh utamanya. Gue kan dulu hanya mempelajari tokoh-tokoh Pandawa, jadi belum begitu mengenai tokoh Kurawa seperti Karna. Akhirnya gue paham bahwa Karna adalah anak yang terbuang, yang tidak diakui oleh Dewi Kunti maupun Pandawa dan akhirnya memihak pada Kurawa. Sampai akhirnya, tokoh wayang yang paling gue sukai adalah Adipati Karna. gue memang cenderung memihak pada tokoh-tokoh yang terbuang, huhu. Di kehidupan gue sendiri, gue suka mengait-ngaitkan tokoh Mahabarata dengan tokoh di dalam kehidupan gue. Gini nih jadinya:

Yudhistira/Puntadewa = Ayah
Perbandingan:
-          Sama-sama anak pertama.
-          Sama-sama baik, sabar, pemaaf, bijaksana.
-          Sama-sama pemimpin.
Udah cuma segitu doang? Yaelaaah….Cuma gitu aja dibilang sama, wkwkwk….

Dewi Kunti Nalibrata = Enin
Perbandingan:
-          Sama-sama ibu yang anak-anaknya sukses (aamiin….).
-          Sama-sama keibuan (ya iyalah namanya juga ibu-ibu).
-          Sama-sama janda yang ditinggal mati suaminya.
-          Sama-sama punya suami hebat.
-          Namanya mirip. Kalo di Mahabarata Kunti, kalo di kehidupan nyata Kanti. Hahaha.

Alm. Abah Husen sama Enin Kunti.
Gimana, udah kayak Pandu sama Dewi Kuntinalibrata belum? Hahaha

Kalau yang ini, Pandunya mirip Kabayan apa Benyamin yaa? Wkwkwk

Dewi Drupadi = Mama
Perbandingan:
-          Sama-sama cantik (yaiyalah namanya juga wanita).
-          Sama-sama anak pertama.
-          Sama-sama punya suami yang baeeek banget dan anak pertama juga.
Maksa banget yah, hahaha. Biarin ah, kapan lagi disamain sama tokoh terkenal, hahaha.
Drupadi dalam Serial Mahabarata

Drupadi dalam Serial Kehidupan Gue (a.k.a. Mama gue)

Udah mirip Yudhistira sama Drupadi belum?

Bima = Paman
Perbandingan:
-          Sama-sama anak kedua (tapi kalo paman, seharusnya anak ketiga, tapi jadi yang kedua karena yang keduanya meninggal saat masih bayi).
-          Sama-sama humoris.
-          Sama-sama tinggi besar.
-          Sama-sama kuat.
-          Namanya mirip. Kalo tokoh Mahabarata: Bima. Kalo paman: R. Ibrahim (ada B, A, I, M). hahaha.

Srikandi = Bibi
Perbandingan:
-          Sama-sama cerdas.
-          Sama-sama bernama Sri. Kalau di Mahabarata: Srikandi. Kalau bibi: Sri Budhiati -_-
-          Sama-sama wanita muda banget lah pokoknya.
Dikit banget perbandingannya -_-
Wayang Srikandi lengkap dengan anak panahnya

Gue = Dipati Karna
Perbandingan:
-          Sama-sama anak pertama
-          Sama-sama terbuang
-          Sama-sama dianaktirikan
-          Sama-sama jadi korban pilih kasih
-          Sama-sama cerdas, tapi tertindas
-          Sama-sama ngga enakan orangnya
-          Sama-sama menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran
-          Sama-sama bernama akhiran ‘na’. Di Mahabarata: Karna. Gue: Hana. Kalau dipanggil sama-sama ‘na’ kan?
Hadooh yang ini galau banget yaa. Sebenarnya ga terbuang juga sih, tapi dulu pas kecil gue paling sering ngambek gara-gara itu, hahaha.
Yah itulah sekilas gue narsis dikit, mumpung sekarang ini serial Mahabarata versi India lagi booming-boomingnya. Apa? Sengkuni? Duryudhana? Gada deh tokoh jahat dalam keluarga gue, hehe. Oh iya , Arjuna lupa ya… Bingung, abis keluarga gue yang bapak-bapak ganteng semua, hahaha. Kalau Resi Bisma mungkin Kakek Buyut gue, walaupun kemiripannya cuma sama-sama lelaki jantan aja. Oke deh, mohon maaf atas segala kekhilafan. Wassalam.
Tambahan: Alm. Uyut Suparja a.k.a. Bisma
Mirip ototnya dikit kali yah?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar